Badai PHK di industri tekstil: ribuan pekerja terancan dirumahkan

worldsiber.com – Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali menghantui industri tekstil di Indonesia. Dikabarkan, salah satu pabrik tekstil raksasa di Indonesia akan tutup dalam beberapa bulan mendatang, mengancam puluhan ribu pekerja dengan risiko dirumahkan.

 

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, menyampaikan bahwa informasi ini awalnya diperoleh dari Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja. Jemmy mengindikasikan adanya pabrik tekstil besar yang berada di ambang penutupan. Pabrik tersebut termasuk salah satu dari tiga emiten tekstil besar di Indonesia, yaitu PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Duniatex, dan PT Pan Brothers Tbk.

 

“Bener mas, itu kan dari pak Jemmy menginformasikan, perusahaan tersebut masih berjuang untuk bisa survive,” ujar Ristadi

 

Ristadi tidak mengungkapkan identitas dan lokasi pabrik yang akan tutup, namun ia menyebut bahwa pabrik tersebut mempekerjakan puluhan ribu pekerja. Ia menjelaskan bahwa penutupan pabrik ini disebabkan oleh kesulitan dalam mengontrol arus kas akibat turunnya permintaan dari pasar global maupun domestik, yang diperparah oleh banjirnya barang tekstil impor di pasar Indonesia.

 

“Perusahaan ini cashflow-nya sudah berdarah-darah karena memang order turun drastis dari ekspor maupun pasar domestik,” jelas Ristadi.

 

Melihat situasi ini, Ristadi berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan untuk membatasi importasi barang-barang tekstil. Ia mendukung impor untuk komoditas tertentu seperti bahan baku yang sulit diperoleh di dalam negeri, tetapi menegaskan perlunya pembatasan untuk barang jadi.

 

Risadi juga menyoroti pentingnya langkah tegas dari pemerintah untuk memberantas barang impor ilegal. Menurutnya, banyak barang impor ilegal yang masuk ke Indonesia, bahkan menyusup melalui barang impor resmi.

 

“Misalnya kuotanya 1.000 pcs, yang masuk 2.000 pcs. Istilah ‘spanyol’ ini artinya separuh nyolong. Jadi barang itu kelihatannya nampak legal tapi ilegal. Ada juga yang pure ilegal betul. Pelabuhan jadi pintu masuk,” ungkapnya.

 

Ristadi menekankan bahwa kabar penutupan pabrik besar ini harus menjadi peringatan bagi industri tekstil untuk melakukan modernisasi mesin dan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia (SDM). Ia juga berharap masyarakat dapat lebih mendukung produk-produk tekstil dalam negeri.

 

“Walaupun pemerintah sudah berusaha melindungi industri tekstil, dan produktivitas perusahaan bagus, tapi kalau masyarakat tidak membeli produk dalam negeri, kan tidak laku juga. Harapannya, industri bisa bertahan dan angka pengangguran berkurang,”

 

Situasi sulit yang dihadapi industri tekstil ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Pemerintah diharapkan bisa mengambil kebijakan yang proaktif untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk impor ilegal. Pengetatan regulasi impor dan pengawasan di pelabuhan bisa menjadi langkah awal yang penting.

 

Di sisi lain, industri tekstil sendiri harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang ada. Modernisasi peralatan dan peningkatan kapasitas SDM adalah langkah penting yang tidak bisa diabaikan. Perusahaan perlu memastikan bahwa mereka mampu bersaing tidak hanya dari segi kuantitas produksi tetapi juga kualitas.

 

Dukungan masyarakat juga sangat krusial. Masyarakat harus lebih sadar akan pentingnya membeli produk dalam negeri untuk membantu mempertahankan industri lokal. Kesadaran ini bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari, seperti memilih produk tekstil buatan lokal daripada produk impor.

 

Penggunaan produk dalam negeri tidak hanya membantu mempertahankan industri, tetapi juga mendukung perekonomian nasional. Setiap produk lokal yang dibeli membantu menggerakkan roda ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi angka pengangguran.

 

Penutupan salah satu pabrik tekstil raksasa di Indonesia adalah sebuah sinyal bahaya bagi industri tekstil dan ekonomi nasional secara keseluruhan. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan ini. Pemerintah harus bertindak tegas terhadap impor ilegal, industri harus terus berinovasi dan meningkatkan produktivitas, sementara masyarakat harus lebih mendukung produk-produk dalam negeri.

 

Dengan kerjasama yang baik, tantangan ini bisa diatasi, dan industri tekstil Indonesia dapat kembali bangkit, memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. (KGAI-G)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *